- Sate Petir Pak Nano: Disambar Sate Petir Racikan Pak Nano yang Bikin Ketar-ketir
- Sagoo Kitchen: Gurih Mantap! Nasi Goreng Kunyit Ayam Bledos di Resto Jadoel
- Melewati Garut? Jangan Lupa Makan Enak Dulu di 5 Tempat Ini
- Hotel Indonesia Natour Raih Penghargaan dari ITTA Foundation
- Beda Tahu Petis Bandung yang Dicicip Jokowi dengan Tahu Petis Semarang
- Redjeki Kuliner: Malas Masak? Pesan Saja Ayam Goreng dan Sayur Lodeh Enak Ini
- Sumber Bestik Pak Darmo: Empuk Gurih Bestik Lidah yang Menggoyang Lidah
- Waroeng Keroepoek : Menikmati Wedang Bergaya Kekinian di 'Cafedangan'
Mulai Langka, Sarapan dengan Serabi Sasak di Lombok
MATARAM, KOMPAS.com - Jika Anda inginkan sarapan yang berbeda dengan sedikit teknik memburu makanan yang jarang ditemukan, Anda bisa memilih sarapan dengan serabi sasak di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Baca juga : Ada Serabi Telor, Serabi Oncom, Bikin Penasaran Kan?
Bentuknya tak sempurna bulat, berukuran lingkaran yang kita bentuk dari ujung jempol dan ujung jari telunjuk tangan kita, berbahan tepung beras, dan dibakar di atas api kecil yang biru.
"Ini saya siapkan sejak jam 3 malam, menyiapkan semua bahan bahan jualan, ada nasi, bubur tapi yang utama serabi ini. Untuk serabi harus benar perhitungannya bahannya agar terasa enak dan lembut di mulut," kata Hj. Mahuri, Minggu (7/1/2018) sambil melayani para pembelinya yang terus berdatangan.
Baca juga : Ayam Plecing di Lombok Ini Memang Mantap!
Mahuri adalah satu dari sejumlah pedagang serabi yang tersisa di Kota Mataram. Mahuri warga Karang Pule, Kecamatan Tanjung Karang Mataram, memilih menjajakan lapak kecil serabi sasaknya di lapangan Perumnas, Kota Mataram.
Baca juga : Pantai Pandanan di Lombok, Surga Para Pelancong
Pemandangan itu langsung dilihat Kompas.com saat ikut memburu serabi Mahuri. "Serabinya habis, coba saya tanya apa ada yang mau berbagi serabi. Ada ini!" jawab Mahuri tak mau mengecewakan pembelinya meskipun hanya seorang anak-anak.
Orang tua bocah penggemar serabi pun membujuk anaknya yang menangis tak kebagian serabi.
Baca juga : Bagaimana Cara ke Lombok Tanpa Menggunakan Pesawat?
Parutan kelapa yang disebar di serabi dan lupis serta sentuhan kentalnya gula merah, membuat mata tak berkedip ingin segera pulang dan menikmati serabi bersama keluarga.
“Enak ya serabinya, gulanya enak, serabinya lembut, pingin lagi, pingin lagi terus serabinya,” kata Sultan yang menghabiskan sebungkus serabi.
Bukan hanya karena rasanya yang berbeda dengan serabi serabi lainnya yang pernah diburunya, tapi karena bahan bahan serabi Mahuri masih original dan tak mengunakan bahan pengawet termasuk pemanis buatan.
“Serabi ini yang paling dahsyat enaknya, bahan bahannya dari tepung beras, tidak dicampur dengan tepung terigu, lembut dan nyess gurihnya saat menyentuh lidah. Hmm... pokoknya enak apalagi dimakan lagi panas panas itu,” kata Tanti.
Tanti hampir tiap pagi mampir di serabi Mahuri, nongkrong di bawah pohon dan menikmati serabi bersama anak-anaknya.
Serabi Sasak Mahuri hanya ada di pagi. Warga Perumnas telah mengenalnya sejak 20 tahun lalu dan merasakan gurih dan sedapnya serabi Itu.
Penggemar lamanya bahkan masih menyodorkan lembaran Rp 2.000 karena rindu serabi buatannya. Berbekal senyum Mahuri melayani pembelinya dengan cinta.
- 1CENIL BIHUN NANAS
- 2Pancong Balap, Kuliner Tradisional Khas Bekasi
- 3Melewati Garut? Jangan Lupa Makan Enak Dulu di 5 Tempat Ini
- 4Ayam Betutu dan Ayam Besisit, Olahan Ayam Asli Pulau Dewata
- 5Lele Goreng Sudah Biasa, Istana Lele Sajikan Lele Bakar Organik
- 6Es Daluman Minuman Khas Bali yang Bikin Segar